Jumat, 11 Desember 2009

Curriculum Vitae




Nama                        : Muhammad Rizal        
Nama Pena               : Rizal Al-Azqy
Agama                      : Islam
Tempat/Tgl. Lahir      : Bagansiapiapi, 24 April 1989, Kec. Bangko Kab. Rokan Hilir Riau
Alamat                      : Jl. Merpati Sakti Perum. Bayu. Blok. A. No. 08 Panam Pekanbaru-Riau
Amanah                   : Dewan Penasehat HMJ SEP Faperika
Pekerjaan                : Mahasiswa
Mobile                      : 085278565257
E-mail                       :  ibnu_qosimy@yahoo.co.id
                                    alazqy@gmail.com
Blog                         :  http://pedangcinta-rizal.blogspot.com.
Nama Orang Tua      : Muhammad Qosim (Ayah), Azizah(Ibu/almh)
MOTTO:
“Belajar, Berkarya dan Bermafaat.”
Dunia adalah taman dimana kita belajar/menuntut ilmu. Dan dunia juga laboratorium kita dalam mengaplikasikan ilmu yang ada dengan karya yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat. Bermanfaat dunia dan akhirat.

Hobi                         : Membaca, Menulis, Seni dan Traveling.

Cita-Cita                  : Mengaplikasikan Ilmu yang ada, untuk menjadi sesuatu yang  
                                   dapat dimanfaatkan buat peradaban ummat manusia.

1. Pendidikan     

2007...                         Studi di Universitas Universitas Riau- Fakultas               
                                    Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Agrobisnis Perikanan
2003-2006                   MA Swasta  Al-Ikhlas Bagansiapai Rokan Hilir Riau
2000-2003                   MTS Hubbul Wathan Bagan Punak, Bangko Rokan Hilir Riau
1994-2000                   Sekolah Dasar Negeri 002 Bagan Kota, Bangko Rokan Hilir Riau
2. Organisasi di Universitas UNIVERSITAS RIAU
2007-2008      HMJ-SEP (Agrobisnis Perikanan) : Penelitian dan Penegembangan, Anggota
2008-2009       HMJ-SEP (Agrobisnis Perikanan) : Ketua
2009-2010              HMJ-SEP (Agrobisnis Perikanan) : Dewan Penasehat

3. Organisasi External (Luar Kampus)/Pembinaan
2007                                HIPEMAROHI-Pekanbaru (Himpunan Pemuda dan Mahasiswa Rokan Hilil) : Anggota
2008                                HIMAPPI-Pekanbaru (Himpunan Mahasiswa, Pelajar Bagansiapiapi) : Ketua I (Internal)
2009                                FORMIS Rohil-Pekanbaru (Forum Mahasiswa Muslim Rokan Hilir) : Kader
2010                                KAMMI-Pekanbaru (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) : Kader
2009                Buletin Azzam (Liqo’) : Editor + Lay Outer
2009                FLP-Pekanbaru : Calon Anggota (masih dalam tahap pelatihan/pemagangan)

4. Kepanitiaan
2007                    Diklat Ilmiyah Jurusan SEP : Ketua
2008                    Musyawarah Akbar PKRI (Pusat Kegiatan Rohani Islam) Pekanbaru


ADAT (Puisi)




Adat periuk berkerak
adat lesung berdedak
adak lapuk berderak

adat pasang berturun naik
adat kaca pecah membelah
adat kain bergulung kerut

adat dunia berbalas beri
adat hidup bartolong bantu
adat mati bertandang jenguk

adat tanding berkalah menang
adat saudagar beruntung rugi
adat janji bertepat pasti

adat teluk timbunan kapal
adat muara puputan ikan
adat pemimpin jadi panutan

adat mulia hidup bahagia
adat baik disayang tuhan
adat buruk celaka badan

adat dijunjung mengundang tuah
adat dijaga menjulang marwah
adat dibina masa depan cerah
adat diinjank menyesal kelak

Benteng Hati, 28 Agustus 2009


BATU (Puisi)



Batu sungai
berwarna warni hidup
dimanakah…

mengalir sungai ke hilir
membawa asa
hidup bagi batu hijau
kotoran, sampah…
tiada keluh batu hitam

Batu terkikis air tenang
air mengalir menguak belahan hati
batu terkikis air tenang
bukan warna membuat habis

Batu hijau dalam sungai
tak mengeluh
batu hitam dalam sungai
tak menangis

tak pandang siapa mengalir
terkikis makna air
batu adalah batu
tegar yang lembut
garang yang sabar

Senin, 07 Desember 2009

MOTIVASI MEMBACA MULAI DARI DIRI DAN KELUARGA (Artikel Islam)



(Ibda’ binafsik, tsumma baitik...)



Buta huruf masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Hingga kini tingkat budaya baca kita secara nasional masih memprihatinkan.
Pada umumnya, orang malu dan berusaha menutup-nutupi agar tidak ketahuan bahwa mereka belum bisa membaca dan berhitung huruf latin. Bahkan, di lingkungan yang kental nuansa Islamnya, tak sedikit penduduk yang buta huruf itu merasa tidak perlu belajar tulis-baca huruf latin karena mereka telah bisa tulis baca huruf Arab.
Realitas budaya baca di Indonesia yang masih kelabu ini, hendaknya menggugah dan memacu setiap lembaga pendidikan dan perpustakaan dengan segenap stake holder, termasuk media massa dan para pencinta bacaan untuk secara sukarela berpartisipasi, bahkan proaktif memberikan sumbangsih mereka demi menumbuh kembangkan minat baca masyarakat. Hal ini tentu membawa konsekuensi logis bahwa sebelum mengajak orang lain untuk maksud tadi, maka kita harus lebih dulu memiliki kegemaran membaca, agar ajakan yang luhur dan mulia ini bisa berpengaruh efektif. Bukankah tak sedikit orang-orang yang sukses dan jadi orang besar berasal dari keluarga cinta baca ? Setiap orang tua perlu mengapresiasi budaya baca dengan memberikan suri tauladan bagi keluarganya.

Faktor Kendala
Rendahnya minat baca masyarakat secara nasional disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari rendahnya produktivitas pengarang buku, minimnya penerbit yang mampu memproduksi buku-buku bermutu, kecilnya honorarium pengarang buku, sampai ke mahalnya harga buku. Catatan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan, selain masalah kualitas buku, dari segi produktivitas pengarang umum di luar buku pelajaran saja, sudah menurun drastis sejak 5 tahun terakhir. Tahun 1999, para pengarang kita mampu memproduksi 9.000 judul buku, kini cuma sekitar 6.000 judul buku setiap tahun. Bandingkan dengan Malaysia (lebih 15.000 judul buku), Jepang (60.000 judul) dan Inggris (110.155 judul) setiap tahun.
Rendahnya minat baca di negara kita pada dasarnya lebih disebabkan faktor internal dibanding faktor eksternal dari tiap individu warga masyarakat. Faktor eksternal (harga buku, mutu buku, lingkungan keluarga, dan sebagainya) jelas berpengaruh, tetapi pengaruh faktor internal lebih dominan. Jika setiap orang memiliki motivasi kuat, maka kebiasaan membaca (reading habit) akan meningkat, bahkan akhirnya bisa memiliki kecintaan membaca. Jadi, pertama-tama motivasi (dorongan, niat) membaca harus ditanamkan, karena merupakan stimulus serta need for achievement yang mampu membangkitkan kemauan membaca dari dalam diri kita masing-masing.

Motivasi Membaca
Ada hubungan linier antara motivasi baca dan minat baca seseorang. Semakin rendah tingkat motivasi baca seseorang, akan semakin rendah pula minat bacanya. Sebaliknya, kian tinggi tingkat motivasi baca seseorang, akan kian tinggi pula minat bacanya.
Sebagai fondasi dalam membangun keluarga cinta baca, ada 10 motivasi pilihan, yang jika ditanamkan kuat-kuat pada setiap anggota keluarga sesuai tingkat perkembangan jiwa dan penalarannya, akan menggugah minat baca mereka. Kesepuluh motivasi pilihan itu adalah :
1.      Aktivitas membaca bisa mendatangkan inspirasi. Inspirasi akan diperoleh jika kita tekun membaca sesuai minat atau panggilan jiwa.
2.      Reading habit bisa menggali bakat dan potensi diri, lalu dikembangkan secara optimal, sehingga setiap orang mampu meningkatkan kualitas SDM-nya secara mandiri.
3.      Kebiasaan membaca dapat memacu daya nalar (intelektual).
4.      Kebiasaan membaca bisa melatih konsentrasi, sebab mustahil kita akan mampu memahami dan mengerti isi materi bahan bacaan secara baik dan benar, jika saat membaca kita tak berhasil melakukan konsentrasi.
5.      Bagi orang usia tua, kebiasaan membaca bahan pustaka bermutu bisa mencegah terjadinya kepikunan, karena kegiatan membaca secara rutin akan memelihara/ memperbaiki daya ingat seseorang.
6.      Bahan bacaan bisa sebagai sarana rekreasi. Orang tua bisa mengajak anggota keluarganya berkunjung ke perputakaan, memberikan buku (bacaan) yang sesuai minat baca putra-putrinya, apalagi jika saatnya tepat di hari ulang tahun mereka, atau mendiskusikan secara serius tetapi santai-topik bacaan apa saja yang aktual dan dapat menarik perhatiannya.
7.      Dengan sering berkonsentrasi karena banyak membaca, maka pikiran dan emosi seseorang menjadi kian terkendali, sehingga mudah untuk berpikir positif dalam menyikapi berbagai masalah.
8.      Terpeliharanya konsentrasi melalui kebiasaan membaca buku bermutu, jika dipupuk secara teratur dan berlanjut, pada saatnya, akan menumbuhkan kekuatan jiwa untuk meraih berbagai kemampuan, termasuk meraih sukses sekaligus kebahagiaan.
9.      Aktivitas membaca termasuk perintah Tuhan kepada seluruh umat manusia. “Bacalah, bacalah atas nama Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam, dari apa-apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al Alaq : 1-5). Ayat tersebut justru merupakan ayat Al Quran yang pertama-tama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab itu, kebiasaan membaca bisa dimotivasi sebagai bagian integral dari kegiatan ibadah yang pasti banyak mendatangkan berkah.
10.  Kegemaran membaca bisa membuat seseorang sebagai autodidak, dapat melakukan pendidikan seumur hidup (long life education) tanpa harus bergantung pada pendidikan formal yang biayanya kian meroket.

Paradigma Baru
Paradigma lama yang menganggap kebutuhan pokok hidup hanya bersifat jasmani saja, harus segera kita tinggalkan, diganti paradigma baru yang mengidentifikasi manusia sebagai makhluk spiritual. Hal ini untuk merehabilitasi harkat dan martabat kemanusiaan secara signifikan dalam kapasitasnya sebagai Khalifah Tuhan di muka bumi, yang sejak awal telah diciptakan untuk mengemban amanat dan misi ilahi dengan menempatkan aktivitas membaca sebagai “kebutuhan pokok” seperti makanan empat sehat lima sempurna. Tanpa sikap mental ini, kita akan terus tertinggal, sementara bangsa makin maju.
Para tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Hamka dan yang sekaliber dengan mereka lainnya, tak diragukan lagi komitmennya dalam mencintai dunia bacaan. Tak heran, Bung Karno antusias berwasiat kepada generasi muda kita : “Pemuda harus membaca dan terus membaca. “Filosof Prancis, Ralp Waldo Emerson, dengan tegas menyatakan Mereka yang banyak membaca adalah mereka yang menemukan sukses dan bahagia.”
Dalam kaitan ini, alangkah baiknya jika Gerakan Wakaf Buku Nasional dapat diberdayakan secara intensif agar ke depan tak seorang pun mengkambing hitamkan mahalnya harga buku yang dituding sebagai biang keladi rendahnya minat baca secara nasional. Setiap pengelola perputakaan besar di Tanah Air diharapkan partisipasinya untuk menghadiahkan sebagian koleksinya kepada pihak-pihak yang meminta atau membutuhkan, seperti yang selama ini dilakukan Perpustakaan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI Jakarta. LIPI juga pernah menerima hibah tak kurang dari 25.000 judul buku koleksi Dr. G. L. Hicks dari Australian National University. Pada bulan Juli 2004 British Council bahkan telah menghibahkan belasan ribu buku ke Depdiknas (Kompas, 22-07-09).
Jika pihak asing saja peduli dengan masalah budaya baca kita, maka kita pun percaya bila Gerakan Wakaf Buku Nasional aktif mengetuk hati kaum the haves di negeri tercinta ini, tentu banyak yang peduli terhadap upaya mulia ini.
Wallahua’lam
__________________________________________________________________________________________________
Rujukan :
1.     Al-Qur’an    


DENGAN CINTA, SEMUA JADI DAMAI (Artikel Islam)



(Cintailah apa yang ada di bumi. Niscaya yang di langit akan mencintaimu)
 
Cinta adalah ruh kehidupan penyepuh hati dan rasa aman bagi anak manusia. Bila hukum grafitasi dapat menahan bumi dan planet-planet sehingga tidak berbenturan, terbakar dan hancur berantakan, maka hukum cinta (kasih sayang) adalah hal yang dapat mempertahankan hubungan manusia sehingga tidak berbenturan lalu terbakar dan menjadi peperangan. Itulah nilai cinta yang sudah dikenal manusia sejak dahulu sampai deasa ini. Mereka mengatakan, "Seandainya kasih sayang mendominasi kehidupan, manusia tidak lagi memerlukan keadilan dan undang-undang."
Seorang ulama salaf mengatakan, "Cinta kasih dapat mengubah pahit menjadi manis, debu menjadi emas, kotor menjadi jernih, sakit menjadi sembuh, tahanan menjadi taman, derita menjadi nikmat. Itulah cinta kasih yang melunakkan besi, meluluhkan batu, membangkitkan orang mati dan meniupkan kehidupan.
Seorang sastrawan menulis, "Tampak dari kejauhan cahaya menyinari lautan, bagaikan bintang memberi penerangan, aku ingin di masa mendatang menjadi seperti bintang ini, siapa yang tidak ingin seperti bintang ini di masa depnnya? Apa yang terjadi? Ilmu hanya memberikan pemikiran yang kering, kerja hanya memberikan cucuran keringat dan kebencian. Harta hanya memberikan rasa khawatir, ketakutan dan kesulitan.
Cinta kasih itulah mutiara satu-satunya yang memberikan rasa aman, ketenangan dan kedamaian. Kami mencintai segala-galanya, bahkan kami mencintai bencana sebagaimana kami mencintai kenikmatan. Cinta kasih dapat membangkitkan kekuatan untuk melawan, lalu jiwa tergugah bangkit seolah-olah melompat. Disamping itu cinta kasih adalah angin segar yang mendinginkan panasnya pertikaian. Kami mencintai kehidupan, adakah orang yang mencintai seperti ini? Bila dapat melakukannya sungguh ia adalah pahlawan." Sesungguhnya orang yang dapat bercinta kasih seperti ini hanyalah orang-orang yang memperoleh manisnya iman di hatinya. Iman adalah satu-satunya sumber cinta kasih yang jernih dan abadi. Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah, satu-satunya yang dapat mencintai segala sesuatu walaupun pada bencana, duka cita. Ia mencintai alam ini awal dan akhirnya, hidup dan mati.

Mencintai Allah.
 Orang yang beriman, dengan aqidahnya ia dapat menembus rahasia alam, sehingga ia mencintai Allah pemberi kehidupan, sumber segala yang ada, sumber pertolongan dan bantuan. Ia akan mencintai Allah seperti cinta seseorang pada keindahan, ia telah melihat jejak ciptaannya di alam yang kokoh ini. "Dia-lah dzat yang telah memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan." (QS. As-Sajdah: 7)
Ia mencintai Allah karena menusia mencintai kesempurnaan. Pada hakekatnya tiada kesempurnaan selain kesempurnaan Allah SWT. Segala fenomina kesempurnaan yang serba relatif, yang kita lihat itu tidak lain adalah atom-atom yang bersumber dari-Nya dan membutuhkan-Nya.
Ia mencintai Allah karena ia mencintai perbuatan baik. Jiwa manusia mempunyai watak mencintai orang yang berbuat baik padanya. Lantas perbuatan baik manakah yang dapat menyamai perbuatan Dzat yang telah menciptakannya dari tiada, dan menjadikannya sosok manusia yang sempurna? Lebih dari itu lagi, Allah telah menundukkan semesta alam ini hanya untuk manusia. "Apakah kalian tidak melihat bahwa Allah telah menundukkan untuk kalian apa saja yang ada di langit dan di bumi." (QS. Luqman: 20)
Karenanya cintanya kepada Allah, mestinya melebihi cinta seorang manusia kepada kedua orangtuanya, bahkan melebihi cinta kepada istri, anak dan dirinya sendiri. Ia mencintai segala sesuatu yang datang dari hatinya dan segala sesuatu yang dicintai Allah. Ia mencintai kitabnya yang diturunkan untuk melepaskannya dari dari kegelapan menuju terang benderang, mencintai nabinya yang diutus sebagai rahmat kepada alam semesta, mencintai setiap manusia pelaku kebaikan dan perdamaian. Ia berdo'a seperti do'a Rasulullah SAW, "Ya Allah, berilah aku karunia mencintai-Mu dan mencintai orang-orang yang Kau cintai, dan jadikanlah cintamu itu lebih aku sukai daripada air yang dingin."
 
Mencintai Alam
Seorang mu'min mencintai alam seluruhnya sebagaimana ia mencintai Tuhannya. Karena alam adalah jejak-jejak Tuhannya. "Ia-lah dzat yang menciptakan dan menyempurnakan dan menentukan dan membimbing." (Q.S. Al-Qamar: 49)
Alam bukanlah manusia, akan tetapi ia adalah makhluk yang ditundukkan untuk berkhidmat pada manusia agar dapat membantunya melaksanakan tugas kekhalifahannya di bumi. Segala sesuatu yang ada di alam bertasbih membesarkan nama Allah dengan bahasa yang kadang-kadang tidak dipahami oleh anak manusia. "Langit yang tujuh dan bumi dan orang-orang yang ada di dalamnya bertasbih kepada-Nya, tiada sesuatupun kecuali bertasbih kepada-Nya, akan tetapi kalian tidak memahami tasbihnya." (Q.S. Al-Isra': 4)
Alam ini tidak jahat yang harus dihancurkan segera, akan tetapi merupakan kitab Allah, terbuka untuk orang yang dapat membaca dan buta huruf sekalipun. Di situ terbaca ayat-ayat kekuasaan, rahmat, kebesaran, dan nikmat-Nya. Tiada satupun di alam ini diciptakan sia-sia tanpa makna. Semuanya menjalankan fungsinya sesuai kehendak Allah SWT untuk kelangsungan kehidupan sampai tiba ajalnya dan untuk berkhidmat kepada khalifah yang terhormat (manusia).
Sebagian manusia melihat kegelapan dengan suatu pandangan takut dan benci, dan melukiskannya sebagai dewa kejahatan yang memerangi dewa sinar dan kebajikan, maka bagaimanakah perasaan mereka memahami malam, sementara separo waktu berupa malam?
 
Mencintai Hidup Dan Kematian
 Seorang mu'min mencintai hidup seperti ia mencintai alam. Kehidupan bukanlah penjara yang harus dijauhi, akan tetapi merupakan missi yang harus dilaksanakan dan nikmat yang harus disyukuri. "Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan mati dan memohonnya sebelum datang kepadanya, karena sesungguhnya bila ia mati terputus amalnya dan bertambah umur seorang mukmin bertambah kebaikannya." (HR. Muslim)
Orang mukmin mencintai hidup karena dengannya ia dapat menegakkan hak Allah di bumi, dan iapun mencintai mati karena dengan kematianlah ia dapat dengan segera menemui Tuhannya. "Barangsiapa mencintai bertemu dengan Allah, maka Allahpun mencintai bertemu dengannya." (HR. Bukhari-Muslim)
Sewaktu Rasulullah disuruh memilih antara bertemu dengan Tuhannya dan menetap di dunia ini, beliau bersabda, "Aku memilih sahabat tertinggi." Ketika Ali ibnu Abi Thalib RA ditikam oleh Abdurrahman ibnu Muljam, ia berkata : "Demi Tuhan pemilik Ka'bah! Aku beruntung." Ketika Bilal menjelang mati istrinya menjerit, "Oh betapa sedihnya!" Mendengar itu Bilal berkata kepadanya, "Jangan berkata begitu tapi berkatalah, 'Betapa senangnya!' Esok aku akan bertemu sahabat-sahabatku tercinta, Muhammad dan sahabat-sahabat tercintanya."
Khalid ibnu Walid ketika mengirim surat kepada panglima perang tentara Parsi atau Romawi ia mengakhiri suratnya setelah menyeru untuk berdamai dan masuk Islam dengan ucapan, "Dan jika tidak, aku akan mengirimkan kepada kalian satu kaum yang mencintai maut seperti kalian mencintai hidup."
 
Mencintai Sesama Manusia
 Orang mukmin mencintai sesama manusia, karena mereka adalah saudara, teman mengabdi kepada Allah. Mereka semua adalah satu nasab, keturunan dan juga memiliki satu tujuan dan satu lawan. Satu keturunan, seperti firman Allah, "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."(QS. An-Nisaa': 1)
Aqidah Islam tidak membatasi faktor etnis, seorang muslim berkeyakinan bahwa semua manusia adalah dari Adam. Perbedaan bahasa, warna kulit hanya sebagai dalil akan kekuasaan Allah, keagungan pencipta pencipta, dan ayat dari ayat-ayat-Nya.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Ruum: 22)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid ibnu Arqam, ia berkata, "Rasulullah SAW setiap selesai shalat berdo'a. "Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala-galanya, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu, Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala-galanya, aku bersaksi bahwa hamba-hamba seluruhnya adalah bersaudara."
Betapa tingginya kedudukan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama manusia) dalam jiwa seorang muslim. Ukhuwah ini menempati peringkat setelah tauhid (mengesakan Allah) dan pengakuan kerasulan Muhammad SAW.
Al-Qur'an mengajarkan kepada muslim untuk menghormati sesama makhluk apapun, termasuk binatang melata, serangga dan burung-burung. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami apakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'aam: 38).
Rasulullah bersabda, "Seandainya anjing-anjing itu bukan suatu ummat dari ummat, tentu aku perintahkan untuk dibunuh."
Demikianlah sikap mental seorang mukmin kepada manusia. Tidak menonjolkan faktor etnis, fanatik daerah, tidak membenci tingkat sosial masyarakat, tidak hasud pribadi, akan tetapi rasa cinta kasih dan persaudaraan bagi manusia.
Seorang mukmin dengan aqidahnya ia mencintai alam seluruhnya, ia mencintai Allah, alam, mencintai hidup dan mati, mencintai takdir, manis dan pahitnya, mencintai manusia seluruhnya, dan hanya membenci syetan dan kelompoknya dengan kebencian yang dibarengi rahmat dan kasih sayang dan cinta kebaikan untuk manusia seluruhnya. Cinta kasih seperti ini merupakan bukti imannya kepada Tuhannya dan penuntunnya ke surga, tepatlah sabda Nabi SAW, "Demi dzat yang diriku berada di tangannya, tidak akan dapat masuk surga sebelum kalian beriman dan tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai."
Wallahua’lam

Rujukan :
1.     Al-Qur’an
2.      

IMAM HAMBALI, TAK GOYAH OLEH SIKSAAN (Artikel Islam)




(Besar kerana kiprah, Berbagi tanpa lelah)


 

Bernama Muhammad Asy-Syaibani bin Hambal. Lahir di masa pemerintahan Muhammad Al-Mahdi, dinasti Bani Abbasiyah, bulan Rabiul Awwal 164 Hijriyah (780 Masehi). Keadaan kecilnya tak banyak beda dengan Imam Syafi’i, yakni yatim.
Di antara empat Imam madzab, beliau tergolong bungsu dan terakhir. Sudah menjadi sunatullah, setiap orang besar dan berderajad tinggi di sisi Allah, niscaya mendapatkan ujian berat. ujian itu sengaja turun dari hadirat-Nya, untuk manusia, supaya terbukti di tengah khalayak, apakah ia loyang atau emas. Jika emas, sekalipun tersuruk di comberan, ia akan tetap sebagai emas yang kemilau.
Ujian yang menimpa Imam Hambali tergolong berat, dan jarang yang menyepadani. Ujian itu bermula dari seorang ulama rasionalis, bernama Basyar Al-Marisy. Ia berpendapat bahwa Al-Qur'an itu termasuk makhluk. Waktu itu kekhalifahan Bagdad di pegang oleh baginda Harun Al-Rasyid. Pendapat itu ditentang oleh baginda, karena sangat berbahaya bagi aqidah dan meresahkan. Beliau sempat mengancam, kataya, "Sekiranya Allah memberikan panjang usiaku dan aku sempat bertemu Basyar, niscaya ia akan aku hukum bunuh dengan pembunuhan yang tak pernah aku jatuhkan atas orang lain."
Kemudian Syekh Basyar Al-Marosy lari menyembunyikan diri selama 20 tahun. Baru sepeninggal Harun Ar-Rasyid, Syekh Basyar berani menampakkan diri dan menyiarkan pendapatnya di tengah masyarakat ramai, bahwa al-Qur'an itu sesungguhnya makhluk. Orang pun ramai memperbincangkan masalah itu. Baginda Al-Amin selaku pengganti Harun al Rassyid masih bisa meredam gejolak yang timbul. Ia masih meneruskan usaha syahadatnya dan masih memberikan ancaman berat kepada orang yang sependapat dengan Syeikh Basyar.
Setelah jabatan jatuh ke tangan Baginda Al-Ma'mun, kebijaksanaan pemerintah Bani Abbasyiah berubah drastis. Golongan mu'tazillah mendapat lampu hijau dan dukungan dari beliau. Pemikiranpemikiran mereka mulai banyak berpengaruh dalam menentukan kebijaksaan pemerintah. Termasuk juga pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu makhluk (barang yang diciptakan oleh Allah).
Baginda Al-Mukmin terpengaruh berat dan beliau berusaha agar pendapat itu diakui oleh seluruh rakyatnya. Beliau menginginkan keyakinannya itu mendapatkan dukungan yang luas, utamanya dari para alim ulama. Tindakan baginda terlalu jauh. Beliau malah memerintahkan kepala intelejen agar mencatat siapa-siapa di kalangan ulama yang berani berbeda pendapat dengan pemerintah. Mereka niscaya akan masuk black list (daftar hitam).
Ulama besar yang berani lantang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu bukan makhluk ialah Imam Hambali. Beliau menegaskan bahwa Al-Qur'an kalamullah (firman Allah), bukan makhluk.
Saat itu juga Imam Ahmad dipanggil menghadap, bersama tiga ulama yang lain, yaitu Imam Muhammad bin Nuh, Imam Ubaidilah bin Umar dan Imam Hasan bin Hammad. Kedua orang yang belakangan tatkala ditanya, menyatakan sependapat dengan pemerintah. Sedang Imam Hambali dan Imam Muhammad bin Nuh tetap pada pendiriannya.
Berbeda pendapat dengan pengusasa berarti menentang negara. Menentang negara berarti mengganggu stabilitas. Oleh karena itu perlu diamankan, alias dipenjarakan.
Sementara Imam Hambali dan kawannya mendekam dalam penjara, ada permintaan melalui surat dari orang-orang yang tak suka kepada keduanya, agar mereka diarak ke kota Tharsus. Pada suatu hari, permintaan tersebut dikabulkan oleh penguasa. Kedua Imam tersebut diikat dengan rantai dan dibawa ke kota Tharsus disaksikan orang banyak. Berikutnya dimasukkan penjara lagi.
Maimmun bin al Ashbagh berkisah, "Saya datang menghadiri majelis pengadilan negara yang akan memeriksa perkara Imam Ahmad. Di majelis pengadilan terlihat pedang-pedang telah dihunuskan, tombak-tombak telah dicadangkan, panah-panah telah dibusurkan, dan cambuk cemeti siap dilepaskan untuk Imam Ahmad. Datanglah baginda Al-Makmun, lalu duduk di atas kursi yang telah tersedia di balai persidangan. Imam Ahmad dipanggil menghadap, baginda berkata, Atas nama saya sebagai kerabat Rasulullah SAW saya akan memukul engkau dengan cemiti sampai engkau membenarkan apa yang telah saya benarkan, atau engkau menyatakan seperti apa yang saya katakan.'"
Kepada algojo tukang pukul baginda berkata, "Ambillah orang itu dan pukullah." Algojo melaksanakan perintah dengan cekatan. Imam Hambali diseret lalu dipukul dengan cemeti. Pukulan pertama telah mengenai sasaran. Beliau tenang tanpa sesambat, dan berucap lirih, "bismillah". Pukulan cemeti kedua beliau mengucapkan kata "La qaula wala quwwata illabillah". Pada getaran cambuk yang ketiga dengan lantang beliau berguman, "al Qur'ab kalamullabi ghairu makhluqin."
Kemudian pada pukulan cemeti yang keempat beliau sempat dendangkan kalam Ilahi "Qul lan yushibana illa ma kataballahu lana" (QS. At-Taubah :51).
Algojo tukang pukul kerajaan itu tak sedikitpun merasa iba. Ia terus-menerus mengayunkan cemetinya ke sekujur tubuh mulia Imam Ahmad. Terhitung 29 kali cambukan menimpanya. Sekujur tubuh beliau berlepotan darah segar. Betapa sakitnya. Itukah yang meski kau bayar demi mempertahankan sebuah keyakinan yang haq indallahil islam?
Di kala itu juga tali celana yang beliau pakai putus terkena sabetan cambuk. Nyaris aurat beliau terbuka. Beliau merasakan hal itu. Dalam suasana sepedih itu beliau masih sempat berpikir bagaimana jika auratnya terbuka. Bukankah hal itu kurang berkenan di hadirat Allah? Untuk membenahinya jelas sulit, maka beliau tiba-tiba mengangkat tangan dan melepaskan pandangan matanya ke arah langit, sembari komat-kamit menggerakan bibir menyuarakan kalimat do'a. Seketika celana melorot yang hampir lepas itu kembali seperti sedia kala. Aurat pun terselamatkan dari musibah malu di muka orang. Sesudah hukum cambuk dirasa cukup, maka beliau dibawa masuk ke dalam penjara lagi dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Berselang beberapa bulan berikutnya baginda Al-Makmun wafat. Sebelum wafat, beliau berpesan agar kebijaksanaan dan pendiriaanya terhadap Al-Qur'an tetap diteruskan oleh penggantinya. Siapa saja, tak peduli alim ulama, jika melawan, harus didera dan dipenjarakan. Terhadap Imam Hambali, selama belum bergeming, masih harus mendekam dalam penjara dan dihukum berat.
Pesan Al-Makmun yang sejelek itu oleh penggantinya, Al-Mu'tashin, dilaksanakan dengan baik. Imam Hambali mendapatkan perlakuan yang sama sebagaimana sebelumnya. Suatu hari beliau dipanggil menghadap baginda. Imam Ahmad diminta beradu argumentasi dengan sejumlah ulama pemerintah. Di antaranya bernama Ahmad bin Abi Daud, ketua majelis ulama kerajaan yang dipandang paling pandai dan berbobot dalam keilmuan. Seorang ulama yang fatwanya selalu mendukung kebijaksanaan kerajaan. Dalam perdebatan itu Imam Ahmad berpenampilan tenang, tak mengada-ada. Beliau gagah dan berdiri kokoh di atas dasar kebenaran yang selalu berpihak kepada Allah SWT. Tak ada sedikitpun terlintas di raut wajahnya ambisi memenangkan perdebatan. Sebab beliau yakin, kebenaran akan kelihatan sekalipun penguasa dunia berusaha mengebirinya. Kebenaran selalu bersandar kepada Sang Sumber kebenaran itu sendiri, yakni Allah SWT. Satu demi satu argumentasi Ahmad bin Abi Daud dipatahkan dengan telak dan meyakinkan. Namun demikian dasar penguasa dzalim, Al-Mu'tashim tetap bersikukuh hendak memaksakan pendapatnya.
Imam Hambali sebagai alim ulama besar dan arif yang memegang Al-Qur'an dan Sunnah dengan tegasnya mengemukakan jawaban kepada baginda Al-Mu'tashim, "Wahai amirul mu'minin, berikan dan ajukanlah kepadaku suatu alasan yang terang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah, biar nanti aku sadar dan insaf, lalu aku ikut mengatakan bahwa Al-Qur'an itu makhluk. Bagaimana aku harus mengikuti pendapat dan pendirian orang lain yang tidak didasari alasan yang benar?"
Imam Hambali tetap meringkuk dalam penjara sampai matinya baginda Al-Mu'tashim. Yang menggantikan dan pemegang tampuk kekuasaan untuk selanjutnya anak mahkotanya sendiri yang bernama Al-Warsiq Billah. Perlakukan kepada Imam Hambali tak mengalami perubahan sedikitpun. Imam masih juga dibiarkan menghuni penjara samapi Al-Watsisq wafat.
Demikianlah secara berlarut-larut yang mulia Imam Hambali menempati rumah tahanan. Terkadang di penjara beliau mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi. Pernah beberapa kali punggungnya didorong dari belakang dengan tongkat kayu, bahkan pernah dengan pedang dan sebagainya. Beliau sering jatuh terjerembab di lantai saat didorong-dorong. Maklum usia beliau waktu itu sudah lanjut. Biasanya beliau jatuh pingsan jika sudah begitu. Badan beliau tidak memungkinkan menanggung beban hukuman berat seperti itu. Badannya mulai rapuh dimakan usia. Hanya aqidah dan pendiriannya tak pernah rapuh. Bagai batu karang keras yang seolah tak bergeming sama sekali saat ombak ganas menerpa.

Pribadi Yang Mengagumkan
Imam Hambali orangnya cukup berwibawa. Rata-rata yang pernah bersua dengan beliau merasakan getaran wibawa saat berhadapan dan bertatap muka langsung. Ishaq bin Ibrahim berkisah tentang orang-orang besar, tetapi tak pernah ditemui orang besar seperti Imam Hambali. Seseorang seolah bergetar hatinya dan amat sungkan seperti serba gemetar jika melihat dan berbicara dengan Imam Hambali.
Imam Adul Qasim bin Salam berkata, "Aku pernah duduk bersama-sama Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad bin Hasan, Imam Yahya bin said, dan Imam Abdurrahman bin Mahdi, maka aku tidak merasakan takut sedikitpun kepada salah seorang dari mereka seperti takutku kepada Imam Ahmad bin Hambal. Pada suatu hari aku menengoknya di penjara untuk menyampaikan salam penghormatan. Ketika itu ada seorang lelaki menanyakan suatu masalah kepadaku, maka aku tidak dapat menjawabnya, karena takut kepada pribadi beliau."
Semua keadaan disebabkan adanya pantulan cahaya dari pribadi dan akhlak beliau yang mulia. Beliau adalah seorang yang pendiam. Setiap untaian kata yang akan diucapkan selalu dipertimbangkan bermutu dan tidaknya, berguna dan mubadzirnya. Beliau yakin setiap ungkapan kata menuntut pertanggungjawaban. Ketawadhuannya luar biasa, sekalipun ilmu dan akhlaknya diakui oleh siapapun. Beliau tak pernah berbangga dan bersombong diri. Bersikap lembut dan selalu berpenampilkan sangat ramah, tidak begitu lunak dan tidak begitu keras. Beliau sangat pemalu, memejamkan mata apabila didepannya ada sesuatu yang dilarang. Suka menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia dan tidak suka mendengar perkataan keji dan kurang pantas.
Apabila beliau berjalan, kemudian ada orang ikut berjalan di belakangnya, beliau tidak suka. Diajaknya orang itu berjalan bersama-sama. Tak pernah sekalipun beliau menjulurkan kakinya ke depan di pertemuan orang banyak. Menurutnya hal itu tak pantas dan kurang sopan. Kalau membenci seseorang, beliau berusaha membenci karena Allah. Jika suka kepada seseorangpun, harus suka semata karena Allah. Beliau mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri. Beliau sangat simpati kepada orang yang sedang menderita, fakir miskin, dan kerapkali duduk-duduk di tengah-tengah mereka.
Imam Hambali wafat dalam usi 77 tahun. Kematiannya sempat menebarkan kabut duka di segenap wilayah kerajaan Bani Abbasiyah. Baginda al Mutawakkil sendiri turut berduka mendalam atas kematian seoran yang pernah diperlakukan aniaya oleh leluhurnya dulu.





AL-QUR'AN DAN KEBEBASAN BERPIKIR (Artkel Islam)



(Ketika semua orang memaksakan kebenaran menurut akalnya, maka Al-Qur’an justru membebaskan akal untuk membuktikan kebenaran yang sesungguhnya)




Al-Qur'an menyeru manusia untuk merenungkan kerajaan langit dan bumi serta semua keajaiban dan rahasia ciptaan Allah dalam hidup ini. Menyeru mereka untuk merenungkan semua ini agar mencapai kesimpulan yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya "bahwa suatu karya mengharuskan adanya pencipta, suatu jejak pasti pelakunya. Oleh karena itu alam ini pasti memiliki Tuhan yang wajib adanya."
Coba kita simak firman Allah SWT berikut ini, "Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)." (QS. Qaaf : 6-8)
Jika kita menelaah kenyataan-kenyataan dan bukti-bukti ini, tentu kita akan mengetahui siapa Tuhan yang harus disembah, maha pencipta dan pemberi rezeki? Siapa perencana, penggambar, pengatur dan penguasa?
Allah telah mengingatkan kita dalam kisah Ibrahim AS, akan contoh-contoh yang hidup, yang menunjukkan kepada kita bagaimana cara berpikir yang sehat, dan bagaimana seorang mukmin memberikan penalaran yang sehat kepada orang-orang kafir dengan menggunakan sarana-sarana yang kongkrit dan dalil-dalil empiris.
Sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur'an, Ibrahim pernah menghancurkan patung-patung berhala sembahan orang-orang kafir. Patung yang paling besar sengaja tidak dirusak oleh Ibrahim. "Siapa yang melakukan terhadap tuhan-tuhan kita ini," seru Raja Namrud marah. "Kami mendengar seorang anak muda yang menghancurkan tuhan-tuhan kita itu. Namanya Ibrahim," kata salah seorang pengikut Namrud.
Ibrahim lantas dipanggil, "Apakah kamu yang melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?," tanya Namrud. "Yang melakukan yang besar ini (Ibrahim menunjuk patung terbesar yang sengaja tidak dirusaknya). Cobalah tanya kepada dia," Ibrahim menjawab.
Terang saja patung itu tidak menjawab. Ibrahim berkata, " Apakah kalian akan menyembah patung yang tidak dapat mendatangkan manfaat sedikitpun pada kalian dan juga tidak dapat mendatangkan mudharat. Celaka bagi kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Apakah kalian tidak menggunakan akal untuk tahu?"
Allah mencela pada setiap orang yang tidak menggunakan akalnya untuk mencapai hakikat kebenaran. Allah juga mengecam kepada orang-orang taklid, yaitu orang-orang yang tidak menghargai nikmat akalnya, sehingga mereka tidak mau memikirkan tentang kekuasaan Tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak kemudharatan. Sebaliknya mereka berjalan di belakang kerusakan dan kemaksiatan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka.
"Dan apabila dikatakan kepada mereka:"Ikutilah apa yang diturunkan Allah".Mereka menjawab:"(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya".Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?" (QS. Luqman: 21)
Allah pun tiak main-main menanggapi orang-orang musyrik itu. Firman-Nya:
"Katakanlah:"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya . Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)?. Katakanlah:"Unjukkanlah bukti kebenarannmu jika kamu orang-orang yang benar". (QS. An-Naml: 59-64)
Allah telah menyampaikan bukti-bukti yang kuat dan mantap tentang keberadaan-Nya, keesaan-Nya. Allah menantang kepada orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya untuk mendatangkan dalil yang mendukung keyakinannya. Atau bukti yang memperkuat pengakuannya yang palsu itu.
Ayat-ayat di atas tak syak lagi membicarakan puncak kebebasan berpikir jauh dari keterikatan taklid dan kejumudan. Kebebasan berpikir di sini bukan berarti melepas kendali pandangan kita, sehingga kita berjalan ngawur alias ngelantur dan tenggelam dalam kesesatan dan penyelewengan. Akan tetapi kebebasan berpikir yang dianjurkan Al-Qur'an adalah kebebasan berpikir yang berpegangan pada sinar yang menerangi jalan dan menjelaskan rambu-rambu. Kemudian membiarkan pandangan kita bebas memilih. Ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan mengevaluasi diri dan untuk mengetahui ke arah mana kita akan menuju dan jalan mana yang akan kita tempuh.
Pada metode yang jelas lagi sehat inilah Al-Qur'an mengarahkan pemikiran manusia supaya terhindar dari gelombang fitnah, penyelewengan, kesesatan, jauh dari lembah ketaklidan dan kejumudan serta mengangkatnya ke tempat yang mulia, tempat Allah menampakkan kebenaran dan mencapai pantai keselamatan dengan aman dan damai.
Di atas jalan yang lurus inilah Rasulullah SAW dan para sahabatnya berjalan. Rasulullah sangat menghargai pendapat yang benar dan  melaksanakannya. Rasulullah memberi kelonggaran kepada sahabat yang berjauhan darinya untuk berijtihad dengan aklnya dalam masalah-masalah yang tidak ia dapatkan dalam nash Al-Qur'an atau Sunnah Nabi seraya mengumumkan, "Apabila seorang hakim memutuskan perkara dengan berijtihad lalu benar, maka baginya dua pahala. Apabila ia memutuskan perkara dengan berijtihad lalu salah, maka baginya satu pahala". (HR. Ahmad)
Dalam sebuah hadits disebutkan, Rasulullah mengutus Mu'adz Ibnu Jabal sebagai hakim di Yaman. Nabi bertanya, "Wahai Mu'adz! Dengan apa engkau menghakimi? Muadz menjawab, "Dengan Kitab Allah." "Jika engkau tidak mendapatkan dalam Kitab Allah?" Kata Mu'adz, "Dengan Sunnah Rasulullah". "Dan jika tidak engkau dapatkan dalam sunnah?" Mu'adz menjawab, "Aku berijtihad dengan pendapatku." lalu Nabi menepuk dadanya seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik utusan Rasulullah."
Berangkat dari pemikiran yang sehat ini dapat kita katakan bahwa perbedaan mazhab Hanafiyah, Syafi'iyah, Malikiyah dan Hambaliyah hakekatnya melambangkan kebebasan berpikir.
Kaum muslimin tidak statis di hadapan teks Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi kemudian berhenti pada makna lahiriyah tanpa rahasia-rahasianya. Akan tetapi setiap orang muslim mendalami dan menyelaminya sampai ia dapat mengambil dari harta karun yang berharga ini sesuai dengan kemampuannya, dan menyingkap jaraknya yang sangat jauh sesuai dengan kemampuan pandangan mata hatinya.
Sebagai akibat dari perbedaan kemampuan dalam lapangan akal pemikiran dan pandangan mata dan hati, timbullah perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan-ilmuwan (ulama) agama, pakar-pakar fiqh dan pemikir Islam. Dan perbedaan pendapat itu tidak mungkin bertentangan dan bertolak belakang, karena berasal dari satu sumber, yaitu Kitab Allah yang tidak dapat dijamah kebatilan dari depan atau dari belakang. Dan Kitab Allah itu selalu mengarahkan kepada satu tujuan, yaitu membuat manusia berbahagia baik secara perseorangan maupun secara kelompok masyarakat. Mengarahkan energi manusia pada hal-hal yang bermakna dan bermanfaat serta menjauhkan manusia dari hukum rimba dan logika taring dan kuku binatang.
Oleh karena itu kaum muslimin berlapang dada terhadap perbedaan yang timbul dari kebebasan berpikir karena perbedaan ini tidak akan melampaui lapangan kebenaran baku yang telah digariskan, tidak akan mengakibatkan lahirnya keburukan dan kerusakan, akan tetapi malah akan mewujudkan keadilan dan kesadaran. Sebab dengan adanya perbedaan ini jalan-jalan menuju keselamatan bertambah banyak, dan bertambah banyak pula pintu-pintu masuk keridhaan Allah dan rahmat-Nya.
Maka seyogyanya kaum muslimin di seluruh tempat dan zaman untuk mengambil petunjuk tata caraa Islam dan prinsip-prinsipnya yang luhur lagi bijaksana. Seharusnya mereka juga belajar dari agamanya bahwa perbedaan pendapat tentang suatu persoalan atau pemikiran tidak sepatutnya menjadi penyebab putus hubungan atau sekat pemisah selama masih ada Kitab Allah SWT berikut Sunnah Rasulullah berada di antara yang sedang kebingungan. Al-Qur'an dan Sunnah itu akan membimbing orang-orang yang sedang kebingungan dan membimbing orang-orang yang sesat menuju jalan kebajikan dan keberuntungan.
Wallahua’lam





Rujukan :
1.     Al-Qur’an
2.     Ar-Risalah Imam Asy-Syafi’i, Tahqiq dan Syarah Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, 2008, hal. 521
3.     Belajar Dari Kupu-Kupu, Abi Alfin Yatama Elfikri, 2008, hal. 01

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Blog Ini?