Senin, 07 Desember 2009

MOTIVASI MEMBACA MULAI DARI DIRI DAN KELUARGA (Artikel Islam)



(Ibda’ binafsik, tsumma baitik...)



Buta huruf masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Hingga kini tingkat budaya baca kita secara nasional masih memprihatinkan.
Pada umumnya, orang malu dan berusaha menutup-nutupi agar tidak ketahuan bahwa mereka belum bisa membaca dan berhitung huruf latin. Bahkan, di lingkungan yang kental nuansa Islamnya, tak sedikit penduduk yang buta huruf itu merasa tidak perlu belajar tulis-baca huruf latin karena mereka telah bisa tulis baca huruf Arab.
Realitas budaya baca di Indonesia yang masih kelabu ini, hendaknya menggugah dan memacu setiap lembaga pendidikan dan perpustakaan dengan segenap stake holder, termasuk media massa dan para pencinta bacaan untuk secara sukarela berpartisipasi, bahkan proaktif memberikan sumbangsih mereka demi menumbuh kembangkan minat baca masyarakat. Hal ini tentu membawa konsekuensi logis bahwa sebelum mengajak orang lain untuk maksud tadi, maka kita harus lebih dulu memiliki kegemaran membaca, agar ajakan yang luhur dan mulia ini bisa berpengaruh efektif. Bukankah tak sedikit orang-orang yang sukses dan jadi orang besar berasal dari keluarga cinta baca ? Setiap orang tua perlu mengapresiasi budaya baca dengan memberikan suri tauladan bagi keluarganya.

Faktor Kendala
Rendahnya minat baca masyarakat secara nasional disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari rendahnya produktivitas pengarang buku, minimnya penerbit yang mampu memproduksi buku-buku bermutu, kecilnya honorarium pengarang buku, sampai ke mahalnya harga buku. Catatan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan, selain masalah kualitas buku, dari segi produktivitas pengarang umum di luar buku pelajaran saja, sudah menurun drastis sejak 5 tahun terakhir. Tahun 1999, para pengarang kita mampu memproduksi 9.000 judul buku, kini cuma sekitar 6.000 judul buku setiap tahun. Bandingkan dengan Malaysia (lebih 15.000 judul buku), Jepang (60.000 judul) dan Inggris (110.155 judul) setiap tahun.
Rendahnya minat baca di negara kita pada dasarnya lebih disebabkan faktor internal dibanding faktor eksternal dari tiap individu warga masyarakat. Faktor eksternal (harga buku, mutu buku, lingkungan keluarga, dan sebagainya) jelas berpengaruh, tetapi pengaruh faktor internal lebih dominan. Jika setiap orang memiliki motivasi kuat, maka kebiasaan membaca (reading habit) akan meningkat, bahkan akhirnya bisa memiliki kecintaan membaca. Jadi, pertama-tama motivasi (dorongan, niat) membaca harus ditanamkan, karena merupakan stimulus serta need for achievement yang mampu membangkitkan kemauan membaca dari dalam diri kita masing-masing.

Motivasi Membaca
Ada hubungan linier antara motivasi baca dan minat baca seseorang. Semakin rendah tingkat motivasi baca seseorang, akan semakin rendah pula minat bacanya. Sebaliknya, kian tinggi tingkat motivasi baca seseorang, akan kian tinggi pula minat bacanya.
Sebagai fondasi dalam membangun keluarga cinta baca, ada 10 motivasi pilihan, yang jika ditanamkan kuat-kuat pada setiap anggota keluarga sesuai tingkat perkembangan jiwa dan penalarannya, akan menggugah minat baca mereka. Kesepuluh motivasi pilihan itu adalah :
1.      Aktivitas membaca bisa mendatangkan inspirasi. Inspirasi akan diperoleh jika kita tekun membaca sesuai minat atau panggilan jiwa.
2.      Reading habit bisa menggali bakat dan potensi diri, lalu dikembangkan secara optimal, sehingga setiap orang mampu meningkatkan kualitas SDM-nya secara mandiri.
3.      Kebiasaan membaca dapat memacu daya nalar (intelektual).
4.      Kebiasaan membaca bisa melatih konsentrasi, sebab mustahil kita akan mampu memahami dan mengerti isi materi bahan bacaan secara baik dan benar, jika saat membaca kita tak berhasil melakukan konsentrasi.
5.      Bagi orang usia tua, kebiasaan membaca bahan pustaka bermutu bisa mencegah terjadinya kepikunan, karena kegiatan membaca secara rutin akan memelihara/ memperbaiki daya ingat seseorang.
6.      Bahan bacaan bisa sebagai sarana rekreasi. Orang tua bisa mengajak anggota keluarganya berkunjung ke perputakaan, memberikan buku (bacaan) yang sesuai minat baca putra-putrinya, apalagi jika saatnya tepat di hari ulang tahun mereka, atau mendiskusikan secara serius tetapi santai-topik bacaan apa saja yang aktual dan dapat menarik perhatiannya.
7.      Dengan sering berkonsentrasi karena banyak membaca, maka pikiran dan emosi seseorang menjadi kian terkendali, sehingga mudah untuk berpikir positif dalam menyikapi berbagai masalah.
8.      Terpeliharanya konsentrasi melalui kebiasaan membaca buku bermutu, jika dipupuk secara teratur dan berlanjut, pada saatnya, akan menumbuhkan kekuatan jiwa untuk meraih berbagai kemampuan, termasuk meraih sukses sekaligus kebahagiaan.
9.      Aktivitas membaca termasuk perintah Tuhan kepada seluruh umat manusia. “Bacalah, bacalah atas nama Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam, dari apa-apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al Alaq : 1-5). Ayat tersebut justru merupakan ayat Al Quran yang pertama-tama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab itu, kebiasaan membaca bisa dimotivasi sebagai bagian integral dari kegiatan ibadah yang pasti banyak mendatangkan berkah.
10.  Kegemaran membaca bisa membuat seseorang sebagai autodidak, dapat melakukan pendidikan seumur hidup (long life education) tanpa harus bergantung pada pendidikan formal yang biayanya kian meroket.

Paradigma Baru
Paradigma lama yang menganggap kebutuhan pokok hidup hanya bersifat jasmani saja, harus segera kita tinggalkan, diganti paradigma baru yang mengidentifikasi manusia sebagai makhluk spiritual. Hal ini untuk merehabilitasi harkat dan martabat kemanusiaan secara signifikan dalam kapasitasnya sebagai Khalifah Tuhan di muka bumi, yang sejak awal telah diciptakan untuk mengemban amanat dan misi ilahi dengan menempatkan aktivitas membaca sebagai “kebutuhan pokok” seperti makanan empat sehat lima sempurna. Tanpa sikap mental ini, kita akan terus tertinggal, sementara bangsa makin maju.
Para tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Hamka dan yang sekaliber dengan mereka lainnya, tak diragukan lagi komitmennya dalam mencintai dunia bacaan. Tak heran, Bung Karno antusias berwasiat kepada generasi muda kita : “Pemuda harus membaca dan terus membaca. “Filosof Prancis, Ralp Waldo Emerson, dengan tegas menyatakan Mereka yang banyak membaca adalah mereka yang menemukan sukses dan bahagia.”
Dalam kaitan ini, alangkah baiknya jika Gerakan Wakaf Buku Nasional dapat diberdayakan secara intensif agar ke depan tak seorang pun mengkambing hitamkan mahalnya harga buku yang dituding sebagai biang keladi rendahnya minat baca secara nasional. Setiap pengelola perputakaan besar di Tanah Air diharapkan partisipasinya untuk menghadiahkan sebagian koleksinya kepada pihak-pihak yang meminta atau membutuhkan, seperti yang selama ini dilakukan Perpustakaan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI Jakarta. LIPI juga pernah menerima hibah tak kurang dari 25.000 judul buku koleksi Dr. G. L. Hicks dari Australian National University. Pada bulan Juli 2004 British Council bahkan telah menghibahkan belasan ribu buku ke Depdiknas (Kompas, 22-07-09).
Jika pihak asing saja peduli dengan masalah budaya baca kita, maka kita pun percaya bila Gerakan Wakaf Buku Nasional aktif mengetuk hati kaum the haves di negeri tercinta ini, tentu banyak yang peduli terhadap upaya mulia ini.
Wallahua’lam
__________________________________________________________________________________________________
Rujukan :
1.     Al-Qur’an    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sobatku... tinggalkan komentarmu sebelum meninggalkan blog ini. Oke...

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Blog Ini?